Wali Kota Makassar Tekankan Tata Kelola Masjid Profesional, Masjid Harus Jadi Pusat Peradaban dan Pelayanan Umat

Uncategorized31 Dilihat

Makassar — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, SH, menghadiri sekaligus membuka kegiatan pelatihan tata kelola masjid bagi pengurus masjid, remaja masjid, dan majelis taklim se-Kota Makassar, Rabu (5/11/2025) di Hotel Makassar Golden, Jalan Pasar Ikan, Makassar.

Kegiatan ini merupakan agenda ke-15 dalam program pelatihan manajemen masjid yang digagas Takmir Masjid Al-Falah, Sragen, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Pemerintah Kota Makassar. Tahun ini, program tersebut diikuti sekitar 600 masjid dan 3.000 peserta yang telah digembleng selama 10 hari.

Dalam sambutannya, Wali Kota Munafri menegaskan pentingnya peningkatan kapasitas dan perubahan pola pikir para pengurus masjid agar mampu menjadikan masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pembinaan ummat dan peradaban.“Kalau pengurus masjid tidak memahami fungsi masjid, maka masjid akan begitu-begitu saja. Masjid harus menjadi tempat diskusi, solusi sosial, dan ruang interaksi masyarakat,” tegasnya.

Wali kota juga mendorong standarisasi tata kelola masjid di Makassar, mulai penataan waktu adzan, pengelolaan kebersihan, hingga transparansi keuangan.

Beliau menyoroti masih adanya masjid yang dikunci setelah salat, padahal masjid seharusnya menjadi ruang terbuka untuk aktivitas umat.“Masjid hadir untuk menyelesaikan persoalan umat. Jangan sampai masjid hanya buka saat waktu salat lalu dikunci. Ini harus kita ubah,” ujarnya.

Wali kota juga mengingatkan agar pengurus masjid tidak bersikap keras terhadap anak-anak di masjid.“Kalau anak lari-lari di masjid, jangan marah. Biarkan mereka cinta masjid sejak kecil. Lebih baik mereka ramai di masjid daripada takut masuk masjid.”Salah satu poin penting yang ditegaskan adalah pentingnya akuntabilitas keuangan.Pengelolaan keuangan masjid itu rawan fitnah. Harus ada pembagian tugas — ada yang mengumpulkan, menyimpan, menggunakan, dan mengawasi. Tidak boleh satu orang saja,” jelasnya.

Ia menegaskan, masjid harus menjadi lembaga terpercaya yang mengedepankan transparansi, agar tidak menimbulkan kecurigaan dan dapat dimakmurkan bersama.

Wali kota juga mendorong agar masjid memiliki data jamaah, terutama warga kurang mampu, sehingga penyaluran bantuan bisa tepat sasaran.

“Masjid harus punya data fakir miskin dan menjadi pusat pemberdayaan warga sekitar. Jangan sampai bantuan lebih dulu diarahkan ke keluarga pengurus,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, pemerintah Kota Makassar juga berencana meluncurkan Lomba Kebersihan Masjid 2026 sebagai bentuk motivasi bagi takmir dalam memakmurkan dan merawat rumah ibadah.

“Kita akan nilai kebersihan, pelayanan, hingga keaktifan kegiatan keagamaan. Pengurus yang berusaha memakmurkan masjid harus kita beri penghargaan.”

Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Al-Falah Sragen, Prof. CM Kusnadi Ikhwani, menyampaikan bahwa pelatihan ini akan berlanjut ke berbagai daerah lain seperti Padang, Belitung, Tanah Bumbu Batulicin, Banjarmasin, hingga Kebumen.

Program ini menghadirkan delapan trainer nasional yang fokus melahirkan pengurus masjid profesional dan berwawasan pemberdayaan ummat.

“Tujuan utama kami adalah membentuk takmir visioner yang mampu memakmurkan jamaahnya, bukan hanya mengurus bangunan masjid,” ujarnya

Di penghujung sambutannya, Wali Kota Makassar berharap peserta membawa pulang ilmu yang diperoleh ke masjid masing-masing dan menerapkannya secara nyata.

“Pelatihan ini bukan seremoni. Apa yang kita belajar hari ini harus diterapkan. Masjid harus jadi sumber peradaban dan pemberdayaan ummat.”

Penulis: JUMRIATI
Kaperwil Sulsel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *